Saat itu Rei masih berusia 3 tahun. Sang peramal berpesan pada ayah Rei agar jangan pernah menghalangi apa yang dilakukan Rei kelak. Rei tidak hanya nakal pada masa kanak-kanak, saat SD pun dia juga melakukan hal-hal buruk.
Setelah Rei lulus sekolah menengah pertama, sang ayah semakin tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu pun pada saat Rei ingin merintis karir di kota besar, ayahnya tidak bisa menghalanginya.
Setelah 20 tahun dalam perantauan, Rei pun kini sudah menjadi seorang pengusaha kaya. Namun kesuksesan yang ia dapat tidak dengan cara yang baik, bahkan tak jarang kadang-kadang harus berurusan dengan kantor polisi. Dia kini memang sudah berbeda dengan dirinya yang dulu. Status dan kedudukannya cukup disegani oleh masyarakat.
Akhirnya Rei menikah dan memiliki seorang anak laki-laki. Sayangnya, sang anak ternyata sama juga nakalnya dengan Rei. Meski demikian, ia tidak ingin anaknya mengikuti jejaknya. Rei lalu disarankan untuk membuka beberapa cabang toko roti dan berdagang dengan cara halal.
Keadaan ekonomi yang memang sudah sangat baik, menyebabkan uang bukan lagi tujuan utamanya. Rei melakukan bisnis dengan baik agar bisa memperbaiki reputasinya.
Rei kemudian merekrut seorang ahli pembuat roti dan beberapa karyawan baru. Namun, seiring perjalanan bisnis rotinya, keanehan pun sering terjadi. Jumlah roti yang tadinya selalu tepat justru menjadi berkurang setiap hari sejak ada karyawan baru
Akhirnya, Rei pun memasang CCTV. Siapa sangka, ternyata yang mencuri roti itu adalah anaknya sendiri. Rei pun bingung, padahal sang anak tidak kekurangan apapun tapi kenapa dia harus mencuri?
Sampai akhirnya, suatu ketika Rei pun mencoba mengikuti anaknya diam-diam. Saat sang anak tiba di sebuah gang, ia lalu mengeluarkan roti yang diambilnya dari toko dan memberikan kepada pengemis. Melihat apa yang sudah diperbuat anaknya, Rei pun tersentak dan nyaris tak percaya.
Malam harinya, Rei lalu mencoba menanyakan hal itu pada anaknya tentang alasan mengapa ia mengambil roti dan membagikannya kepada pengemis. Namun sang anak tidak mau menjawab. Rei pun lalu meminta istrinya untuk menanyakannya.
Tak disangka, ternyata si anak melakukan itu karena pernah melihat Rei, ayahnya, membagikan roti pada pengemis meski tidak banyak. Melihat ekspresi bahagia si pengemis saat menerima roti, membuat sang anak ingin juga melakukan hal serupa.
Rei dan sang istri akhirnya hanya terdiam dan tidak dapat berkata-kata. Mereka tidak menyangka kalau sikap mereka bisa menjadi contoh bagi sang anak. Meski pun awalnya membagikan roti hanya untuk memperbaiki reputasi tapi ternyata itu menjadi contoh yang baik bagi si anak. Lantaran itulah, Rei lalu membuka 10 cabang toko roti di kotanya yang semua digunakan untuk amal.
Sahabat. Apa dan bagaimana kehidupan anak kelak, orangtualah yang menjadi penentu. Satu hal yang perlu diingat bahwasanya anak-anak akan selalu meneladani tindakan orangtuanya. Untuk itu, selaku orang tua selalulah berbuat yang terbaik.
Nah, bagaimana menurut sahabat semua? Bila ada pendapat atau masukan silakan tulis di kolom komentar ya. Jangan lupa berikan like & share juga lalu klik ikuti bila menyukai postingan ini. Terima kasih.
sumber