Menuju kembali ke jalan agama yang benar memang bukan perkara mudah, bagi insan yang belum memperoleh pengalaman spiritual dan hidayah dari Allah SWT. Demikian pula halnya dengan pengurus jenazah (Bilal Mayit) yang bernama Kalam Wibowo (51). Sebelumnya dia seorang pemuda berperawakan keras dengan hidupnya yang luntang lantung.
Demi mencukupi keperluan hidupnya, Kalam pernah bekerja sebagai tukang gali kubur pada awal tahun 1990-an. Kemudian dia menjadi asisten bilal mayit, sampai kini dia telah berprofesi sebagai bilal mayit sepenuhnya. Kalam telah menggeluti pekerjaan demikian sejak 27 tahun.
Kalam dengan suka rela, bersedia membagikan kisah selama menggeluti profesinya yang membuat bulu kuduk merinding. Akan tetapi, justru beberapa peristiwa tersebut yang mengubahnya menjadi semakin berpikiran dewasa dan mendekatkan kepada Tuhannya.
"Ketika menjalani pekerjaan ini banyak peristiwa yang berpengaruh dalam mendewasakan diri saya," ujarnya.
Di awal tahun 1990-an, Kalam masih bekerja sebagai tukang gali kubur di Jalan Serdang. Kala itu dia masih seorang yang beringas, dan memiliki perangai keras.
"Betapa tidak, pernah saya menjual peti mati orang meninggal buat berfoya-foya dengan teman," ungkapnya.
Di masa-masa itu, Kalam telah terbiasa dengan perkara yang jelas bagi sebagian orang menyeramkan.
"Pernah saya menggali tanah bagi sesosok mayat, akan tetapi mayat tersebut seolah tidak dapat dimasukkan ke tanah," tuturnya.
Tanah yang telah digali oleh Kalam tersebut seolah menyempit. Meski pun telah digali dan terus digali, si mayat tetap tidak dapat dimasukkan. Hingga kemudian, dia mohon izin keluarga sang mayit memijak kaki si mayit supaya dapat menekuk. Maka dipaksalah si mayit masuk ke tanah.
Pernah pula dia menggali makam yang telah puluhan tahun, akan tetapi kondisi mayat benar-benar dalam keadaan utuh.
"Kulit-kulitnya tetap kencang, mukanya putih, kafannya pun masih bersih," jelasnya.
Namun, ada satu sebab mengapa perangai keras dalam dirinya berubah drastis dan dia pun lantas bertaubat.
Kalam bertutur, Imam Besar Masjid Agung, Hasan Maksum yang telah memiliki andil besar mengubahnya sampai menjadi seperti saat ini.
Kisah ini bermula sewaktu dia pernah pulang bersama Imam Hasan Maksum. Mendadak hujan turun begitu lebat. Dia takjub sebab sang imam tersebut tidak basah terkena hujan, sementara dirinya basah kuyup.
"Saya yang sudah basah kuyup, sedangkan beliau (sang imam) yang cuma memayungi kepalanya menggunakan sebuah map, sama sekali tidak kebasahan," katanya.
Peristiwa yang dia alami itu mendorong Kalam berguru kepada sang Imam. Begitu sang imam tahu profesi anak muridnya, beliau menyuruh Kalam supaya menyaksikan nisan orang yang sudah dikuburkannya seharian.
"Mulanya, tidak ada yang menarik, sangat biasa saja, tapi begitu saya membaca tulisan di nisan tersebut yang bertulisan waktu lahirnya, dan meninggalnya, saya lantas menangis," paparnya.
Sang guru menuturkan kepadanya, orang lain tidak akan mengerti bekal apa yang telah dibawa mayit ke liang lahat. Penuturannya membuat Kalam berubah. Sehingga dia melanjutkan pekerjaan menjadi asisten bilal mayit, dan berikutnya sebagai seorang bilal berpengalaman.
"Mulai dari memandikan potongan tubuh, mayat yang hanyut dan lembek, sampai mayat orang bunuh diri itu sudah hal biasa," ujarnya
Untuk Kalam, profesinya sebagai bilal mayit selain bertujuan mencari nafkah juga sekaligus sarana ibadah. Dia juga mengatakan tidak pernah mematok harga pada keluarga yang berduka.
Dia sangat menikmati profesi yang digelutinya selama ini. Istrinya, Basyariah pun merupakan seorang bilal mayit untuk perempuan.
sumber